sculpture56.com – Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kembali menjadi sorotan setelah munculnya sejumlah karangan bunga satire yang menyinggung isu Hak Asasi Manusia (HAM). Karangan bunga ini dipajang di sekitar kampus dan memancing diskusi hangat di kalangan mahasiswa, dosen, dan masyarakat luas.
Pesan Satire dalam Karangan Bunga
Karangan bunga biasanya identik dengan ucapan selamat atau belasungkawa, namun kali ini memiliki nada yang berbeda. Pesan-pesan seperti “Selamat atas keberhasilan mengabaikan suara rakyat” atau “Terima kasih telah melupakan nilai-nilai kemanusiaan” menjadi inti dari kritik yang disampaikan melalui media ini. Sasarannya diduga terkait dengan kebijakan kampus atau tanggapan terhadap isu nasional tentang HAM.
Beberapa mahasiswa mengonfirmasi bahwa pesan tersebut merupakan respons terhadap minimnya aksi nyata kampus dalam mendukung penegakan HAM di tengah berbagai persoalan nasional, seperti konflik agraria, pelanggaran HAM berat, dan kebebasan berekspresi.
Respon Beragam dari Civitas Akademika
Pihak kampus memberikan tanggapan resmi melalui juru bicaranya, yang menyatakan bahwa pemasangan karangan bunga tersebut tidak memiliki izin dan tidak mencerminkan sikap resmi universitas. “Kami menghargai kebebasan berekspresi, tetapi kami berharap aspirasi disampaikan melalui jalur yang benar dan konstruktif,” ujar perwakilan kampus.
Di sisi lain, sejumlah mahasiswa dan alumni mendukung aksi ini sebagai bentuk protes kreatif. Mereka menilai bahwa kampus sebagai institusi pendidikan tinggi harus menjadi garda terdepan dalam membela nilai-nilai HAM. “Satire ini adalah refleksi kekecewaan. Jika kampus terus diam, siapa lagi yang akan berbicara?” ujar salah satu mahasiswa yang tidak ingin disebutkan namanya.
Dukungan dan Kritik dari Masyarakat
Kontroversi ini menarik perhatian publik, terutama di media sosial. Banyak yang memuji keberanian mahasiswa dalam menyuarakan isu penting secara unik dan damai. Namun, tidak sedikit pula yang menganggap aksi tersebut kurang tepat dan berpotensi merusak citra institusi.
“Bentuk kritik seperti ini efektif, tapi harus dipastikan tidak melanggar etika atau aturan kampus,” kata seorang pengamat pendidikan.
Refleksi atas Isu HAM di Indonesia
Karangan bunga satire ini menjadi pengingat bahwa isu HAM tetap menjadi pekerjaan rumah yang besar di Indonesia. Institusi pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan generasi yang peduli terhadap keadilan dan kesetaraan. Aksi ini, meskipun kontroversial, berhasil menghidupkan diskusi yang selama ini jarang muncul di ruang akademik.
Ke depan, pihak kampus diharapkan lebih proaktif dalam merespons kritik dan mendorong dialog terbuka dengan mahasiswa. Dengan demikian, kampus tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga arena untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.