sculpture56.com – Cina, salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia, sedang menghadapi tantangan demografis yang serius. Negara ini memiliki populasi yang sangat besar, dengan tren penurunan angka kelahiran yang signifikan serta peningkatan jumlah penduduk usia lanjut. Untuk mengatasi masalah ini dan menyeimbangkan sistem jaminan sosial yang kian tertekan, pemerintah China mengambil langkah berani: menaikkan usia pensiun.
Latar Belakang Kebijakan
Cina mulai merencanakan untuk menaikkan usia pensiun, yang sebelumnya ditetapkan di usia 60 tahun untuk pria dan 50-55 tahun untuk wanita, untuk mengatasi penurunan angkatan kerja dan memperpanjang kontribusi ke dalam sistem pensiun negara. Rencana ini muncul sebagai respons terhadap tren demografis yang kurang menggembirakan. Berdasarkan data dari National Bureau of Statistics (NBS), jumlah penduduk China yang berusia 60 tahun ke atas terus meningkat setiap tahun, sementara angka kelahiran justru menurun, menciptakan ketidakseimbangan antara jumlah pekerja aktif dan pensiunan.
Pada tahun 2022, China mencatatkan angka kelahiran yang paling rendah dalam sejarah negara tersebut, sementara populasi usia lanjut meningkat pesat. Hal ini memberi tekanan besar terhadap sistem pensiun dan perawatan sosial negara. Pemerintah akhirnya menyadari bahwa mereka perlu mengambil langkah-langkah yang lebih drastis untuk menangani masalah ini dalam jangka panjang.
Dampak Terhadap Generasi Muda (Gen-Z)
Dengan kebijakan ini, pekerja yang lebih tua diharapkan untuk tetap berada dalam angkatan kerja lebih lama, yang berarti mereka akan bekerja lebih lama sebelum pensiun. Ini tentu saja berpotensi memengaruhi peluang kerja untuk generasi muda, khususnya Gen-Z, yang saat ini mulai memasuki pasar kerja.
Di satu sisi, kebijakan ini dapat memberikan beberapa manfaat jangka pendek, seperti memastikan bahwa lebih banyak pekerja yang lebih berpengalaman tetap aktif di sektor-sektor vital seperti kesehatan, pendidikan, dan teknologi. Namun, di sisi lain, bagi Gen-Z, kenaikan usia pensiun ini bisa berarti lebih sedikit lapangan pekerjaan yang tersedia bagi mereka. Sebab, lebih banyak pekerja senior yang memilih untuk tetap bekerja berarti lebih sedikit peluang bagi mereka yang baru lulus atau baru memulai karier.
Gen-Z sendiri telah lama menghadapi tantangan di pasar kerja, dengan tingkat pengangguran yang relatif tinggi. Menurut data yang ada, pengangguran di kalangan kelompok usia muda (di bawah 25 tahun) di China telah mencapai tingkat yang memprihatinkan, dengan lebih dari 16% pengangguran tercatat pada tahun 2023. Hal ini sudah menjadi tantangan besar, dan dengan kebijakan pensiun yang baru, mereka berisiko menghadapi kesulitan yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan tetap.
Ketidakseimbangan di Pasar Kerja
Dengan semakin banyak pekerja yang memilih untuk bekerja lebih lama, sektor-sektor tertentu mungkin mengalami penumpukan tenaga kerja. Pekerjaan di sektor publik, seperti pemerintahan dan pendidikan, dapat menjadi semakin kompetitif, sementara sektor swasta mungkin akan berjuang untuk menemukan keseimbangan dalam manajemen tenaga kerja. Sementara itu, sektor-sektor yang lebih bergantung pada teknologi dan inovasi mungkin akan lebih mudah beradaptasi, karena teknologi dapat menggantikan tenaga kerja manusia dalam beberapa posisi.
Namun, kesenjangan yang muncul antara pekerja yang lebih tua dan lebih muda berpotensi menambah ketegangan sosial. Generasi muda yang merasa kesulitan menemukan pekerjaan mungkin merasa frustrasi dan tidak dihargai, sementara para pekerja senior yang memilih untuk tetap bekerja mungkin merasa cemas menghadapi tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi.
Tantangan dan Peluang untuk Gen-Z
Meskipun tantangan yang dihadapi oleh Gen-Z terlihat besar, ada beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghadapinya. Pertama, generasi muda diharapkan untuk lebih fokus pada keterampilan teknis dan kemampuan adaptasi. Pekerjaan di sektor teknologi, seperti pengembangan perangkat lunak, kecerdasan buatan (AI), dan analisis data, sangat diminati dan memiliki potensi pertumbuhan yang pesat. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan di bidang-bidang tersebut akan menjadi kunci bagi Gen-Z untuk tetap relevan di pasar kerja.
Kedua, pemerintah China dapat membantu dengan menciptakan lebih banyak lapangan kerja di sektor-sektor yang berkembang, seperti teknologi hijau, sektor kesehatan, dan industri digital. Ini akan membutuhkan investasi besar di infrastruktur dan pendidikan untuk memastikan bahwa generasi muda siap untuk bersaing di pasar global.
Kesimpulan
Kebijakan menaikkan usia pensiun di China merupakan respons terhadap masalah demografis yang semakin mendalam. Meskipun langkah ini penting untuk memastikan stabilitas jangka panjang sistem pensiun, kebijakan ini dapat memengaruhi peluang kerja bagi generasi muda, khususnya Gen-Z, yang sudah menghadapi tingkat pengangguran tinggi.
Bagi Gen-Z, kesuksesan dalam menghadapi perubahan ini akan bergantung pada kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan pasar kerja yang semakin kompleks dan kompetitif. Peningkatan keterampilan, terutama di sektor teknologi, akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa mereka tetap dapat menemukan pekerjaan yang stabil dan berkembang di masa depan.
Jika China dapat menyeimbangkan kebijakan pensiun dengan penciptaan lapangan kerja baru yang berkelanjutan dan relevansi pendidikan bagi generasi muda, tantangan ini mungkin dapat diatasi, memberi jalan bagi masa depan yang lebih seimbang antara generasi yang lebih tua dan lebih muda.